Kamis, 16 Agustus 2012

heelo

Biarkan aku memeluk masa lalu dan lekatkan aku pada bantal kegembiraan. Gulingkan mimpiku ketika aku tak mau beranjak dari pembaringan, ketika tak ada yang bisa kugapai untuk bangun, ketika tak ada yang bisa menopangku untuk berdiri, ketika tak ada alasan untuk beranjak, ketika tenaga dilenyapkan oleh kawah asa.

Biarkan aku diam dalam mimpiku yang pernah kurangkai. Mungkin dalam diam aku mampu merangkai diamnya mimpi yang terdiam. Yang di setiap celahnya butuh ketenangan dan kesenangan tapi tanpa suara, tanpa rasa, tanpa asa. Entahlah, rangkaian ini tak mampu kulanjut atau memang tak berlanjut. Mungkin dia sudah bosan dilanjut dengan kebohongan dan kelalaian juga kejujuran yang tidak berarti.

Biarkan kain rajutan ini tanpa warna. Meski telah kucelup tinta pelangi, pelangi itu akan segera melegam. Meski kucelup warna mega, meganya segera memudar. Meski kucelup warna langit, langitnya segera mengabu. Menyedot jutaan partikel cahaya matahari. Mengutuk senja digaris cakrawala. Mengusir venus dibalik lembutnya fajar.

Biarkan aku menulis sesuatu hal tentang hidup. Ada saat dimana aku merasa pandai, ada juga saat aku merasa jatuh. Meski aku tak mau terjatuh untuk kedua kalinya, namun semesta masih menyuruhku merasakan susahnya palung-palung kehidupan. Mungkin palung lain masih menjadi misteri semesta. Namun semesta belum berbisik tentang itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar